BOOKING TIKET PESAWAT

Aceh

Aceh. Info sangat penting tentang Aceh. Mengungkap fakta-fakta istimewa mengenai Aceh

Aceh. Bisnis Tiket Pesawat. Bocah itu baru berumur delapan tahun, duduk di kelas III sekolah dasar. Tapi ia sudah menyimpan dendam kesumat. Tengoklah cita-citanya: ingin menjadi anggota GAM (Gerakan Aceh Merdeka). Alasannya? "Mau tembak tentara, karena tentara tembak ayah saya," ucap bocah bernama Alfisyahri itu dengan geram, ketika berbincang dengan wartawan Gatra, beberapa waktu lalu, di Dayah (pondok pesantren) Markaz al-Islah al-Aziziyah, Banda Aceh. Alfisyahri baru sebulan nyantri di dayah yang terletak di Desa Luengbata, dekat dengan kampus Universitas Serambi Mekkah, tersebut. Ayahnya adalah anggota GAM yang tewas di tangan TNI ketika Alfisyahri masih balita. Tentu bocah itu tak paham bahwa sejak nota kesepahaman (MoU) antara GAM dan Pemerintah RI diteken, Agustus 2005 lalu, GAM tak lagi mengangkat senjata. GAM telah menempuh jalur politik dengan mendirikan Partai Aceh.

Sikap sang bocah yang masih dibalut dendam itu dimaklumi Tengku Bulqaini Tanjong, pemimpin dayah yang menampung anak-anak korban konflik tersebut. "Mereka masih anak-anak, belum paham. Yang ada hanya dendam," kata Bulqaini. Namun Bulqaini yakin, dalam waktu tak terlalu lama, Alfisyahri akan dapat melupakan dendam kesumatnya tadi. Di Banda Aceh, Bulqaini memang dikenal sebagai tokoh yang peduli dan mampu menghapus dendam kesumat di benak anak-anak korban konflik. Lewat dayah yang dipimpinnya, puluhan anak dan remaja telah dapat disadarkan agar tak menyimpan dendam lagi. Bahkan tidak sedikit santri yang tadinya begitu membenci tentara malah berbalik bercita-cita menjadi anggota TNI.

Di Dayah Markaz al-Islah al-Aziziyah, para santri diajari untuk memaafkan dan menghilangkan dendam. Markaz al-islah sendiri berarti "sentral perdamaian". Metode yang dipakai, selain dengan mendalami agama, ya, dengan cara mendekatkan mereka kepada orang yang didendam. Misalnya, pada 2003, Bulqaini ingin mendaftarkan Nurfata, seorang santrinya, ke sebuah madrasah tsanawiyah negeri di Banda Aceh. Tapi pihak sekolah menolak karena Nurfata anak anggota GAM. Tengku Bulqaini kemudian meminta bantuan Dandim 0101 Aceh Besar. Akhirnya Nurfata diterima bersekolah. "Kami memang bermusuhan dengan ayahnya, tapi kami tidak punya urusan dengan anaknya," kata Bulqaini, mengenang perkataan tentara utusan Dandim yang mengantarkan Nurfata ke sekolah. Pada saat itu, Nurfata adalah salah satu santri yang menaruh dendam besar kepada tentara.


BOOKING TIKET PESAWAT
Powered By : Blogger